Ada pepatah dimana kesetiaan suami di uji saat suami memiliki harta melimpah dan sebaliknya kesetiaan istri di uji saat harta suami menipis. Dan mungkin pepatah ini cocok untuk istriku dimana beliaunya sangat setia ketika ku dalam kondisi ekonomi yang menipis.
Ku bersyukur mendapatkan jodoh istri sholehah sepertinya, dia tidak banyak menuntut dan cenderung sangat mengerti kondisi yg sedang ku alami ini, dia tak banyak meminta sampai-sampai ku hanya memberinya 20.000 untuk uang saku kuliahnya, jujur hati ini miris ketika ku mengacungkan rezekiku sebesar 20.000 untuknya, karena dalam hati ku yakin ini sangatlah kurang buatnya.
Bayangkan saja 20.000 dibandung akan habis, ini rinciannya:
1. Berangkat kuliah: gratis (karena ku anterin)
2. Beli lauk pauk: jika ambil ayam (8000) jika ambil sayur (6000), nasi dari rumah, minum minta kosan temen.
3. Ketika dia pulang, naik angkot ke stasiun bandung (3000), naik kreta ke cicalengka (4000)
Total paling tidak sudah habis 15.000/hari.
Apakah cukup uang 5000 sisanya untuk berjaga? Berjaga-jaga jika tau2 ada jam tambahan kuliah, berjaga-jaga jika ingin jajan es atau makanan ringan lainnya, berjaga-jaga kalau diajak temennya makan di rumah makan, tentu dengan 5000 tidak akan cukup, itu hanya digunakan untuk berjaga-jaga jika terpaksa harus naik angkot 2x dan ku harus segera siap2 untuk menjemputnya apapun yg terjadi padanya.
Pernahkah dia mengeluh meminta uang lebih? Tentu pernah tapi dengan cara halus dan santun sampai2 hati ni menangis menolaknya, perlahan ku mencoba memberikan pemahaman padanya bahwa kemuliaan seorang istri sholehah sangat tinggi dan tentu materi sebanyak apapun tak akan bisa menjaganya hanya Allahlah yang bisa menjaga dan memenuhi segala kebutuhannya.
Mungkin dengan 20.000 secara metematis akan kurang namun ridhoAllah yang akan selalu mencukupkan segala kebutuhannya.
Terimakasih wahai istriku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar