Senin, 28 Maret 2016

Mandirilah Wahai Istriku

Suatu ketika terbangun karena mimpi membunuh buaya yang akan memakanku, karena ada ketakutan akan mimpi itu membuat ku merasa harus mencari apa makna di balik mimpi itu, baik atau burukkah mimpi itu. Ya, mimpi memang kadang menjadi bunga tidur namun pada zaman dahulu mimpi menjadi sebuah pertanda seperti halnya mimpi fir'aun yang dia dinaiki oleh seorang anak laki-laki, dan setelah adanya mimpi itu fir'aun mengumpulkan para penafsir mimpi dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa anak laki-laki saat itu haruslah di bunuh.

Selain itu, ada mimpi nabi yusuf yang mana beliau bermimpi bahwa kelak akan ada kondisi paceklik yang panjang sehingga harus menampung seluruh hasil panen, dan dengan mimpi tersebut berakhirlah masa paceklik tersebut.

Kedua cerita sejarah nabi ini membuatku selalu mencari tafsir mimpi meskipun mimpi itu belum tentu maknanya benar, berkaitan dengan mimpi buaya itu ternyata memiliki makna:
1. Bahwa segala mara bahaya akan dijauhkan
2. Berkaitan dengan percintaan maka kondisinya akan jauh dari keluarga yang di sukai.

Dari kedua makna itu yang benar2 sedang kualami adalah bahwa kini sudah hampir 2 minggu jauh dengan istri, beliau di bandung dan saya di solo, hal ini lah yang membuat istriku mau tak mau harus mandiri. Kini kemandirian istriku di uji, harus bangun setiap hari jam 03.00 untuk bersiap-siap mengejar kreta keberangkatan pukul 05.00.

Alhamdulillah sudah 2 hari ini istriku bisa melaluinya tanpaku, yang biasanya selalu berangkat kuliah denganku kini harus berangkat sendiri dan apapun serba sendiri. Mungkin ini pelajaran yang sangat berarti buatnya kelak jika Allah memanggilku lebih dulu.

Wahai istriku, mas bangga padamu, semoga usaha kerasmu menjadikanmu berlimpah keberkahan dan ridhoNya... Amiiiinnnnn....




-hotel posein solo-

Selasa, 15 Maret 2016

Bersyukur Memiliki Istri Sholehah

Ada pepatah dimana kesetiaan suami di uji saat suami memiliki harta melimpah dan sebaliknya kesetiaan istri di uji saat harta suami menipis. Dan mungkin pepatah ini cocok untuk istriku dimana beliaunya sangat setia ketika ku dalam kondisi ekonomi yang menipis.

Ku bersyukur mendapatkan jodoh istri sholehah sepertinya, dia tidak banyak menuntut dan cenderung sangat mengerti kondisi yg sedang ku alami ini, dia tak banyak meminta sampai-sampai ku hanya memberinya 20.000 untuk uang saku kuliahnya, jujur hati ini miris ketika ku mengacungkan rezekiku sebesar 20.000 untuknya, karena dalam hati ku yakin ini sangatlah kurang buatnya.

Bayangkan saja 20.000 dibandung akan habis, ini rinciannya:
1. Berangkat kuliah: gratis (karena ku anterin)
2. Beli lauk pauk: jika ambil ayam (8000) jika ambil sayur (6000), nasi dari rumah, minum minta kosan temen.
3. Ketika dia pulang, naik angkot ke stasiun bandung (3000), naik kreta ke cicalengka (4000)
Total paling tidak sudah habis 15.000/hari.

Apakah cukup uang 5000 sisanya untuk berjaga? Berjaga-jaga jika tau2 ada jam tambahan kuliah, berjaga-jaga jika ingin jajan es atau makanan ringan lainnya, berjaga-jaga kalau diajak temennya makan di rumah makan, tentu dengan 5000 tidak akan cukup, itu hanya digunakan untuk berjaga-jaga jika terpaksa harus naik angkot 2x dan ku harus segera siap2 untuk menjemputnya apapun yg terjadi padanya.

Pernahkah dia mengeluh meminta uang lebih? Tentu pernah tapi dengan cara halus dan santun sampai2 hati ni menangis menolaknya, perlahan ku mencoba memberikan pemahaman padanya bahwa kemuliaan seorang istri sholehah sangat tinggi dan tentu materi sebanyak apapun tak akan bisa menjaganya hanya Allahlah yang bisa menjaga dan memenuhi segala kebutuhannya.

Mungkin dengan 20.000 secara metematis akan kurang namun ridhoAllah yang akan selalu mencukupkan segala kebutuhannya.

Terimakasih wahai istriku...

Minggu, 13 Maret 2016

Pengabdian

Mungkin sering kita mendengar bahwa pengabdian hanya bisa dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya dan seorang istri pada suaminya, namun sebenarnya tidak hanya itu saja sebuah pengabdian diberikan. Ku mencoba mengabdi untuk istriku di sela-sela waktu penantianku, ya.... Ku mengantarkan istriku ke tempat kuliahnya setiap pagi dengan mengawali aktifitas yang "memomongnya" agar tidak terlambat ke kampus.

Hal ini ku jalankan dengan rutin setiap pagi jam 05.00, sesampainay di kampus ku meninggalkannya dan duduk membuang waktu di kolong jembatan (berupa taman-taman thematik) kemudian menuju mushola untuk mengharap akan KuasaNya agar senantiasa menyegerakan pelimpahan rezeki pada keluarga kecil kami.

Ku berpikir, pengabdianku kepada istri sebagai ibadah penebus dosa dan penambah pahala agar serta merta ridhoAllah terlimpah padaku pula amiiiinnnn...

Makasih istriku... Kau telah menemani hidupku hingga detik ini...