Senin, 01 April 2013

Hidup Di Jakarta

Sudah lama mendengar keluh kesah dari berita tentang kemacetan ibu kota yang membuat setiap warga jakarta mau ga mau harus menjalani hidup di Jakarta demi kelangsungan kehidupannya.

Suatu hari saya mencoba berangkat ke jakarta karena ada keperluan pekerjaan. Banyak cerita yang membuat saya bersyukur dengan kehidupan saya di kampung sekarang ini.

Berangkat dari Bandung menuju Jakarta untungnya ada temen yang membawa mobil jadi sedikit tenang karena ga tahu jalan Jakarta yang notabene banyak peraturan bagi pengendaranya agar lancarnya lalu lintas ibu kota tersebut. Sesampainya dijakarta tepatnya pintu tol yang mau masuk jakarta (lupa namanya) sudah merasakan kemacetan tapi karena masih pagi ga seberapa macetnya.

Sampailah saya di kalibata city tempat temen. Setelah siang hari mulailah saya yang menyupiri menuju glodog tempat konsumen kami, ternyata berat banget jalan di jakarta, ga ada yang ngebut tapi mereka mainnya tipiiiisssss banget, dan uniknya yang hampir diserempetpun ga marah malah geleng2 kepala doank. dan pada setiap perjalanan bisa memakan waktu 3jam meskipun jaraknya deket padahal 3 jam itu bisa saja Bandung-Jakarta tapi ini didalam jakartanya sendiri bisa 3jam hmmm...

Kemudian kesulitan lainnya adalah mencari parkir dijakarta, wahh bener2 sepetak lokasi parkir cukup sulit. setelah ketemu konsumen pulanglah dan sampe dirumah bisa 3-4jam. kesulitan lain adalah menentukan waktu ibadah agar tidak terjebak macet dan terjebak aktifitas dijalan yang sulit untuk mencari mushola.

Dan yang lebih memberatkan hidup dijakarta adalah biaya hidup dan gaya hidupnya. untuk biaya hidup ternyata makan nasi uduk dan minum teh hangat seharga 16ribu. coba aja dikalikan 3 kali makan dan dikalikan 30 hari bisa mencapai jutaan yang jelas kalau gaji 3juta dijakarta ya susah nabungnyalah pokoknya hehehe.. belum gaya hidup sosialita (bener ga nih tulisannya) yang paling tidak di cwo itu yang dilihat adalah pakaian dan sepatu bermerk, gadget (bener ga nulisnya), accessories dari jam tangan atau kaca mata, parfum yang semerbak, hingga gaya bahasa gaul. hmmm....

Berat banget hidup dijakarta bagi orang kampungan sepertiku. maka syukuri aja apa yang sudah kita terima dari rezeki yang telah kita peroleh dan jangan ikut arus tapi buatlah arus sendiri sesuai dengan kemampuan kita, ga akan mati kok ketika kita salah gaya, salah kostum, selama kita tetap menjaga kesantunan.

Semoga bari kawanku yang ada dijakarta selamat berjuang disana dan bagi kawanku yang ada dikampung jangan berpikiran hidup anda ga ada gunanya di kampung tapi sapa tahu hidup anda paling berguna di kampung.

Semoga bermanfaat..








Tidak ada komentar:

Posting Komentar